MENU NAVIGATION


KONSEP DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional
Selasa, 2 September 2008



I. Masalah utama

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional


II. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. (Struart & Sunden, 1998)
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami/ beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri. (Carpenito L.J 1997).
Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif. (Wilkinson,2007)
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri serta merasa gagal mencapai keinginan.

III. Rentang Respon Konsep Diri
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah transisi antara respon konsep diri adaptif dan mal adaptif adalah sebagai berikut :

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Positif Rendah Identitas

Respon-respon maladaptif meliputi :
 Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses
 Konsep diri positif individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya.
Rentang respon yang berada antara rentang respon adaptif dan maladaptif meliputi :
 Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
Rentang respon maladaptif meliputi :
 Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan kepribadian pada remaja yang harmonis
 Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan kegagalan dalam ujian realitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.( Struart, 2007)

IV. Proses Terjadinya
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performan peran, adalah steriotif peran gender, tuntutan peran kerja,dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,dan perubahan struktur sosial
2. Stresor Pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 jenis transisi peran :
 Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk meyesuaikan diri.
 Transisi peran situasi terjadi dengan berambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh : kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,bentun,penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya dimanisfestasikan sebagai berikut :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri,akibat penyakit /tindakan mis : malu karena botak akibat kemoterapi.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik,mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa, saya tidak mampu.
d. Gangguan hubungan sosial
e. Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan
f. Mencederai diri
g. Mudah marah, mudah tersinggung
h. Apatis, bosan,jenuh dan putus asa
i. Kegagalan menjalankan peran, Proyeksi (menyalahkan orang lain)

V. Data Yang Perlu Dikaji
Data subyektif :
- Klien mengatakan tidak berharga
- Klien mengatakan tidak berguna tidak mampu
- Klien mengatakan hal-hal negatif terhadap dirinya
- Klien mengatakan tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
Data Obyektif :
- Perasaan negatif terhadap diri sendiri
- Menarik diri dari kehidupan
- Kritik terhadap diri sendiri
- Destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
- Mudah tersinggung/mudah marah
- Produktivitas menurun
- Penolakan terhadap diri sendiri
- Keluhan fisik

VI. Masalah Keperawatan
1. Perubahan penampilan peran
2. Ketidak berdayaan
3. Keputusasaan
4. Gangguan Identitas personal

VII. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi sosial : Menarik Diri



Koping individu tidak efektif

VIII. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
2. Koping individu tidak efektif

IX. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada pasien :
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan /memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan keperawatan
1). Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk dapat membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki maka : Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan dirumah, ada keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, untuk tindakan tersebut : mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini, bantu pasien menyebutkan dan memberi pengauatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien, Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai kemampuan : Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari, bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri, mana aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas mana yang dibantu total .
4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan: mendiskusikan dengan klien untuk mnetapkan urutan kegiatan yang akan dilakukan, beserta klien memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan klien
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya hal yang dapat dilakukan : memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.

2. Tindakan Keperawatan pada keluarga :
a. Tujuan :
1). Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2). Keluarga memfasilitasi aktifitas yang sesuai kemampuan
3). Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan.
4). Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan Keperawatan
1). Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
2). Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada klien
3). Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien
4). Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5). Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

X. Terapi Spesialis :
1. Terapi individu : Terapi Penghentian Pikiran (Thought Stopping)
2. Terapi Kelompok : Terapi Suportif
3. Terapi Keluarga : Terapi Family Psiko Edukasi
4. Terapi Komunitas : Terapi ACT

XI. DAFTAR PUSTAKA

CMHN, ( 2005 ). Modul I-C. Manajemen keperawatan Psikososial dan Pelatihan kader kesehatan, Jakarta, FIK UI

Depkes RI, ( 2000 ). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan, Jakarta.Depkes.

Fitzpatrick, W. 1989. Conceptual Models of Nursing. Appletton & Lange; California

Karen M.Stolte. ( 1996 ). Wellness nursing diagnosis for health promotion, Lippincott . USA

Mohr.WK, ( 2006 ). Psychiatric Mental Health Nursing ( 6 th edition ), Philadelpia, Lippincott Williams & Wilkins.

Stuart and Sundeen, ( 1998 ). Pocket Guide To Psychistric Nursing, ( 3th edition ), alih bahasa, Jakarta, EGC.

Townsend MC. ( 2005 ).Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing,
( 3 th edition ), USA,FA.Davis Company