MENU NAVIGATION


Terapi Bermain

GAME TERAPI ( TERAPI BERMAIN )

A.DEFINISI TERAPI BERMAIN.

Permainan adalah aktivitas yang mengandung motivasi instrinsik, member kesenangan dan kepuasan bagi siapa yang terlibat, dan dipilih secara sukarela.

Terapi bermain adalah pemanfaatan permaianan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikosoaial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.

B.PENGGUNAAN TERAPI BERMAIN SEBAGAI TEKNIK PSIKOTERAPI

1. Nilai Terapiutik dari Permainan

Saat anak mengeluarkan perasaannya melalui permaianan, maka mereka membawa perasaan tersebut ke dalam tingkat kesadaran, sehingga akhirnya mereka akan terbuka, menerima dan belajar mengendalikan atau menolaknya.

Bentuk-bentuk permaianan untuk mengekspresikan diri dapat berupa :

a. Maianan kehidupan nyata. Boneka yang terdiri atas keluarga, boneka rumah-rumahan, binatang peliharaan atau tokoh kartun dapat menjai media untuk mengekspresikan perasaan secara langsung. Terapis dapat menggunakan mainan mobil-mobilan, alat masak tiruan kartu bergambar, atau kapal-kapalan untuk melihat pengalaman hidup klien.

b. Maianan pelepas agresivitas-bermain peran. Klien dapat mengkomunikasikan emosi yang terpendam melalui mainan atau materi seperti karung tinju, boneka tentara, boneka dinosaurus dan hewan-hewan buas, pistol dan pisau mainan, boneka orang dan balok kayu.

c. Mainan pelepas emosi dan ekspresi kreativitas. Pasir, air, balok, atau lilin dapat menjadi sarana klien mengekspresikan emosi atau kreativitasnya.

2. Kepada Siapa Terapi Bermain Diberikan

Terapi bermain dapat dipakai baik sebagai asesmen maupun sebagai terapi. Sebagai sebuah terapi, terapi bermain dapat diberikan kepada anak yang :

a. Mempunyai pengalaman diperlakukan dengan kejam dan diabaikan.

b. Gangguan emosi dan skizofren.

c. Takut dan cemas.

d. Mengalami masalah penyesuaian social.

e. Kesulitan bicara.

f. Mengalami gangguan visual spatial.

g. Anak penyandang autism.

3. Prosedur dalam Terapi Bermain.

Fase Persiapan :

Sebelum memasuki fase terapi bermain anak harus disiapkan sehingga mereka tahu apa yang akan dihadapi dan akan dilakukannya. Guru bercerita bahwa nanti ada banyak permainan dan kamu pasti akan senang serta menjelaskan bahwa proses ini akan membantu anak menemukan hal yang lebih baik.

Proses Terapi Bermain :

Menggambarkan lima tahap dimana anak yang mengalami gangguan emosi berkembang menuju ekspresi diri dan kesadaran diri dalam proses terapi permainan :

a. Emosi negative terekspresikan secara menyebar ditempat klien bermain. Misalnya ekspresi dari reaksi terhadap kekerasan tersebar pada ruang bermain, alat permainan, atau pada terapis.

b. Anak mengekspresikan emosi yang bertentangan, misalnya antara kecemasan dengan kekasaran.

c. Anak lebih focus dalam mengekspresikan emosi negative, misalnya pada orang tua, diri sendiri, atau orang lain dalam hidupnya.

d. Emosi dan sikap yang bertentangan, negative dengan positif, kembali terjadi dengan focus pada orang tua, diri anak atau orang lain.

e. Anak mengekspresikan tilikan diri dan pemahaman atas emosi negative ataupun positif yang ada pada dirinya dengan jelas, terbedakan, terpisah dan realistic dengan sikap posiif yang lebih dominan.

Misalnya bermain Pasir, guru bercerita sambil mengajak anak memegang pasir dan sesuka anak untuk membentuk pasir, sampai anak tersebut puas dengan kreativitasnya sendiri. Nah disitu guru pelan-pelan memasukkan pesan yang baik, agar anak dengan sendirinya paham dan sadar tanpa paksaan dari orang lain.

4. Hal Penting Sesudah Terapi Bermain.

Jika Terapi bermain selesai, sebaiknya anak tersebut dibiarkan dulu, jangan ditanya tentang apa yang terjadi dan bagaimana perasaannya selama bermain. Akan tetapi hal tersebut diperbolehkan jika anak yang lebih dulu memulai pembicaraan tentang yang terjadi. Nah, baru anak tersebut setelah sampai di rumah disuruh menggambar atau melukis.

Karakteristik Kepribadian Terapis Bermain yang Efektif.

a. Secara tulus tertarik pada dunia anak dan mampu mengembangkan hubungan yang hangat dan menyenangkan.

b. Permaianan tanpa syarat terapis terhadap anak dan tidak mengharapkan adanya hal yang lain pada anak.

c. Terapis menciptakan rasa aman dan kebebasan dalam hubungan dengan anak sehingga anak merasa bebas bereksplorasi dan mengekspresikan diri sepenuhnya.

d. Terapis selalu sensitive terhadap perasaan anak dan dengan hati-hati merefleksikan perasaan tersebut sehingga anak mengembangkan pengertian diri.

e. Terapis percaya bahwa anak dapat bertanggungjawab dalam bertindak, menghargai, dan membiarkan anak menunjukkan kemampuannya menyelesaikan masalah pribadi.

f. Terapis percaya pengarahan diri anak, membiarkan anak memimpin di segala area hubungan dan tidak mengarahkan anak dalam bermain atau berbicara.

g. Terapis menghargai peningkatan proses terapiutik yang alami dan tidak terburu-buru.

h. Terapis membangun batasan terapiutik yang membantu anak menerima tanggungjawab dari hubungan personal yang tepat.