MENU NAVIGATION


The Innovator’s DNA

Apa yang membuat seseorang bisa menjadi inovator? Riset tujuh tahun yang dilakukan Jeffrey H.Dyer, Hal B. Gregersen dan Clayton M. Christensen terhadap 25 innovative entrepreneurs, dan survey pada lebih dari 3000 orang memberikan pencerahan yang menarik.

Dicovery skills adalah kemampuan “menemukan” sesuatu yang inovatif, dan menjadi bagian dari prilaku dan DNA dari para inovator. Riset menunjukkan bahwa ada 5 hal yang selalu dilakukan oleh para inovator seperti Steve Jobs (Apple), Michael Dell (Dell Computer), Pierre Omidyar (eBay), Jeff Benzos (Amazon), Herb Keleher (Southwest Airlines), Niklas Zennstrom (Skype) dan lainnya.

Discovery Skill 1: Associating.
Kemampuan untuk menyambungkan hal2 yang kelihatannya tidak mempunyai hubungan sama sekali menjadi sesuatu yang baru. Menurut Steve Jobs, “Creativity is connecting things”. Menggabungkan idea dengan apa yang kita lihat, dan teknologi yang sedang muncul. Steve menggabungkan kecintaannya akan kaligrafi, konsep meditasi di India, dan perhatian akan detail dari Mercedes-Benz, ditaruh diatas teknologi yang mutakhir dan design yang elegan.

Fenomena ini disebut “Medici Effect”: Di Florence Italy, pada jaman tersebut Medici Family berhasil mengumpulkan para pelukis, pemahat, arsitek, filsuf, dan orang2 hebat lainnya dari berbagai ilmu, maka berkembanglah menjadi jaman Renaisance, era paling banyak penemuan dan kemajuan pada sejarah dunia.

Discovery Skill 2: Questioning.
Peter Drucker selalu mengatakan bahwa yang tersulit bukanlah mencari jawaban yang baik dan benar, tetapi mendapatkan “pertanyaan yang tepat”. Para inovator selalu mempertanyakan keabsahan sebuah hal yang mapan, dan punya gairah besar untuk merubah dunia. Pertanyaan yang menabrak tembok2 batas yang diciptakan oleh benak kita sendiri, dan mencoba berpikir secara terbalik.

Pertanyaan kunci yang sering dipakai sebagai awal explorasi adalah “Why”, “Why Not?”, dan “What If?”; Ketika pada manager memikirkan bagaimana menekan beaya 5% dengan melakukan outsorucing dan efisiensi, maka para inovator memikirkan bagaimana membuat perangkat ini bisa dikecilkan ukurannya menjadi setengah, menambah fiturnya menjadi tiga kali, dan menjualnya sepuluh kali lebih mahal.

Dahulu ketika perusahaan lain membebankan beaya kotak surat elektronik dengan ukuran 10 MB, inovator membuat kotak elektronik 100 kali lebih besar dan sistem email yang lebih baik, dan diberikan gratis kepada semua orang.

Discovery Skill 3: Observing.
Observasi yang sangat detail pada kehidupan kadang mampu menelorkan idea baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Scott Cook mengawasi betapa sulitnya istrinya mengatur catatan keuangan, frustari akan angka dan metode yang hanya dimengerti oleh para akuntan saja. Sepulang melihat komputer Apple Lisa, dia memikirkan mengapa tidak ada software dengan grafis yang mudah dimengerti untuk mengatur pembukuan? Lahirlah Quickbook yang merevolusi software sistem akutansi dan sukses besar.

Sering seorang pimpinan menjadi lepas dari “dunia nyata” dan tidak lagi mau melihat dijalan dan dilapangan. Inovator justru menemukan banyak idea karena sering mengawasi secara langsung apa yang dialami dan terjadi pada pelanggannya. Filosofi Toyota “genchi genbutsu”, pergi kelokasi melihat sendiri, ditanamkan pada kultur perusahaan.

Tinggal di sebuah tempat asing, terutama di luar negeri, juga menambah wacana orang akan kemampuan berinovasi. Produk, proses, bisnis, kultur, kebiasaan, cara hidup yang bervariasi membawa orang pada pemahaman baru yang menghasilkan pemikiran yang berbeda dengan mereka yang selalu tinggal pada tempat yang sama.

Discovery Skill 4: Experimenting.
Experimen membuat kita lebih cepat melihat reaksi pelanggan, membuat kita berinteraksi dengan pelanggan dan pemakai, membuktikan akan bisa atau tidaknya sebuah idea dijalankan. Dalam riset produk pun Edison berkata: “Saya bukannya gagal, tetapi berhasil membuktikan 1000 bahan yang tidak dapat dipakai untuk itu”. Sebuah optimisme dan kemauan untuk terus mencoba dan bereksperimen.

Amazon mencoba berbagai model untuk pembaca buku dan akhirnya menelorkan pembaca elektronik “Kindle” yang sekarang sukses luar biasa. Jeff Besoz selalu menyarankan pada eksekutip nya untuk bereksperimen mencoba sesuatu yang baru, karena tanpa percobaan dan kegagalan yang berulang tidak mungkin dilahirkan sebuah inovasi yang sukses.

Discovery Skill 5: Networking.
Kalau para manager memelihara network untuk memacu penjualan dan bernetwork dengan partner yang mendukung bisnisnya, maka para inovator justru bernetwork dengan orang2 yang berbeda latar belakang dan pandangan hidupnya untuk memetik idea dan pemikiran mereka dan dileburkan kedalam pemikirannya. Orang2 dengan latar belakang dan pemikiran yang berbeda akan mengasah idea dan pendapat kita menjadi lebih beda dari yang yang ada di market.

Michael Lazaridis menemukan idea Blackberry pada sebuah konferensi teknologi pada 1987, ketika pembicara menceritakan sistem wireless yang didesign untuk Coca cola. Telah terlalu banyak penemuan hebat yang ditemukan pada industri2 yang lain; kita akan jauh lebih mudah memetik dan mengadaptasinya dan menggabungkan dengan bisnis kita dan menghasilkan inovasi yang yang baru. Jaringan persahabatan memudahkan kita bertemu dengan orang2 yang ahli pada bidang2 lain tersebut.

Untuk sedikit menguji keabsahan hasil riset diatas secara imaginatif cobalah bayangkan ada 2 orang kembar yang memiliki intelegensia dan bakat2 yang sama. Mereka berdua diberi tugas yang sama untuk dalam sebulan dapat menemukan idea bisnis yang baru dengan sumber daya yang ada.

Dalam sebulan, mana yang akan lebih berhasil, yang satu mengurung diri dan mencari idea dalam benaknya, ataukah satunya, yang (1) berbicara dengan para ahli, teknisi, pelanggan, pemusik, dan pemahat dan pebisnis sukses lainnya, (2) mengunjungi dan mengawasi pabrik2 dan tempat2 bisnis yang sukses, (3) mencoba produk2 kompetitor yang baru diluncurkan dipasar dan membawanya kepada teman2nya menanyakan fitur apa yang menarik dari produk itu, (4) membuat prototype produknya secara sederhana, dan (5) selalu menanyakan “Bagaimana kalau ini dirubah?”, “Mengapa tidak mungkin?”, “Bagaimana kalau kita coba cara baru ini?”

Para inovator terbukti menghabiskan waktu jauh lebih banyak pada kelima kegiatan ini dibandingkan orang lain dan mempu menggali sukses dari hal tersebut. Kelima kebiasaan kunci ini dapat dipelajari dan dilatih oleh setiap orang yang mau menjadi lebih inovatif. Dibutuhkan ketekunan dan kecintaan yang dilakukan secara terus menerus untuk dapat membuat hal ini menjadi sebuah bagian dari kebiasaan hidup kita.

Dikutip dari Tanadi Santoso